Tips for Memorizing the Qur’an

Allah says in the Holy Qur’an (interpretation of the meaning): “Those who recite the Book of Allah, establish regular prayer, and spend (in charity) out of what We have provided for them, secretly and openly, hope for commerce that will never fail” (Fatir 35:29)
Abdullah ibn Amr ibn Al-As may Allah bless him reported: The Prophet peace be upon him said, "The one who was devoted to the Qur'an will be told on the Day of Resurrection: `Recite and ascend (in ranks) as you used to recite when you were in the world. Your rank will be at the last Ayah you recite.''' [Abu Dawud and At-Tirmidhi].



This Hadith mentions the merit of those who memorize part or all of the Qur'an. Some scholars, in explaining this Hadith, have mentioned that the number of ranks (levels) in Paradise is equal to the number of ayahs in the Qur’an, and that a believer will rise one rank for each ayah that he or she memorizes.

In another Hadith, Othman ibn Affan may Allah bless him reported that the Messenger of Allah peace be upon him said, "The best amongst you is the one who learns the Qur'an and teaches it.'' [Al-Bukhari].

In what follows we list a few hints regarding memorizing the Qur’an, some of which were presented to us by the knowledgeable Sh. Osama Abdul-Azeem of Al-Azhar University in Cairo, Egypt.
• First, make sure to correct your tawbah (repentance to Allah), as sins do not leave any room for the Words of Allah. The Imam Al-Shafie has a famous verse of poetry in which he complained to his scholar about having difficulty in memorizing. His scholar advised him to abandon sins
• Have your intention ready, and bear in mind the reward and virtues of this great deed as mentioned in the Hadiths above. Ask Allah sincerely to assist you in accomplishing this.
• Dedicate a specific time each day (or every couple of days) for memorizing. This should be a time when you are not busy with other things.
• Use the same copy of the Qur’an each time. This is because your mind takes a ‘snapshot’ of the pages.
• Start with the surahs that are easiest to you. Many people recommend beginning with the last five juz’s (the 30th, then the 29th, and so on).
• Other surahs to begin with are those that you enjoy reciting most of all, and those that you frequently listen to and thus probably already know part of by heart.
• The younger you are, the easier it will be. As you grow older, you get busier and your capacity for memorizing decreases. However, it’s never too late in shaa Allah. If you haven’t memorized a lot during your childhood or teens, you can still catch up.
• After completing a couple of ayahs, recite them in the next nafl (voluntary prayer) that you pray. Alternatively, practice them with a friend or your spouse.
Finally, it might be a good idea to work in groups, encouraging one another. If you are trying to get your children to memorize, you might want to create a sense of competition among them and then provide some reward to whoever memorizes best. May Allah guide us to all that pleases Him, Ameen.

[...] Selengkapnya...

PERISTIWA AKHIR ZAMAN

UMAT ISLAM MENGEKORI YAHUDI DAN NASRANI

Daripada Abu Sa’idAl-Khudri ia. beliau berkata:
Bahawasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk lubang biawak
pun kamu akan mengekori mereka.
Sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah, Apakah Yahudi dan Nasrani yang engkau maksudkan?
Nabi s.a.w, menjawab:
Siapa lagi kalau bukan mereka.
(H.R. Muslim)

Huraian

Orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah menyenangi orang-orang Islam. Mereka
sentiasa mencari jalan untuk merosak, melemah dan melumpuhkan kekuatan serta
keimanan kaum muslim, Sejak dahalu Yahudi dan Nasrani menggunakan berbagai cara untuk meruntuhkan akidah dan kesucian agama Islam. Percubaan demi percubaan mereka lakukan sama ada dengan cara yang dapat dikesan mahupun tidak,Perancangan mereka adalah untuk menghapuskan terus agama Islam dan kaum muslimin di muka bumi mi. Justeru sebagai langkah menuju ke matlamat tersebut
mereka memperkenalkan berbagai bentuk dan cara kehidupan untuk mempengaruhi
umat Islam. Sehubungan dengan ini baginda Rasulullah s.a.w. awal-awal lagi
telah memberi amaran dan peringatan kepada umatnya supaya tidak mengikut jejak
langkah orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Sabda Rasululiah s.a.w.:
Bukan dan golongan kita sesiapa yang menyerupai orang yang bukan dan kita.
Janganlah kamu semua mengikut-ikut kaum Yahudi dan Nasrani.”
(HR. Tarmidzi)

Di dalam sebuah hadis yang lain Rasulullah s.a.w. bersabda :
Barangsiapa yang mempunyai sesuatu kaum maka dia termasuk ke dalam golongan
mereka.
(H.R. Abu Daud)

At-Tarmidzi meriwayatkan lagi dan Rasulullah s.a.w.:
Janganlah sampai salah seorang dan kamu menjadi pak turut lalu dia berkata :
Aku bersama orang ramai. Jika mereka berbuat baik, aku pun buat baik, danjika
mereka buat jahat aku pun buat jahat. Tetapi hendaklah kamu menyediakan din
kamu, jika orang ramai membuat kebaikan hendaklah kamu membuat Baik dan jika
orang ramai membuat kejahatan hendaklah kamu menjauhkan diri dari kejahatan
itu.”
(HR. Tarmidzi)

Hadis-hadis di atas menjelaskan tentang larangan Rasulullah s.a.w. kepada
umatnya agar tidak terpengaruh dengan unsur-unsur asing yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Umat Islam mengikut baginda, hendaklah mempunyai maruah,
akhlak, harga din identiti dan ketahanan jiwa yang kental di dalam menghadapi
pengaruh-pengaruh luar yang boleh merosakkan keimanan mereka.

Islam melarang penganut-penganutnya mencontohi akhlak Yahudi dan Nasrani,
meniru adat istiadat dan upacara mereka. Sebaliknya umat Islam harus kembali
kepada sunnah yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w. Mereka harus merujuk kepada
ajaran agama mereka yang jauh lebih suci dan mulia.

Namun demikian, seperkara yang amat menyedih dan membimbangkan apabila terdapat
segelintir umat Islam yang kelihatannya telah mula terjebak dalam perangkap
yang dipasang oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka seolah-olah khayal dan
terpukau dengan cara hidup dan akhlak yang asing dan agama mereka sendiri.
Akhirnya ada yang mengikut jejak langkah Yahudi tetapi mengaku dan berikrar
sebagai seorang muslim. Mudah-mudahan Allah s.w.t. melindungi kita dan
memelihara iman kita agar tidak turut musnah dalam jerat Yahudi dan Nasrani
yang sentiasa menanti mangsanya.

KESIMPULAN DAN PENGAJARAN

1. Islam adalah suatu agama yang mempunyai nilai— nilai akhlak yang mulia, dan
menggalakkan umatnya supaya memiliki keperibadian Islam yang diredai oleh Allah
s.w.t.

2. Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan berlapang dada dan berpuas hati
sehinggalah orang-orang Islam mengikut agama dan cara hidup mereka.

3. Pada waktu akhir zaman umat Islam sebahagiannya telah terpengaruh dengan
cara hidup Yahudi dan Nasrani lalu terus terjerumus ke lembah kesesatan dan
kemurkaan Allah Azzawajalla.

4. Seseorang muslim hendaklah mempertahankan identiti dan akhlaknya agar tidak
dicemari oleh unsurunsurjahiliah dan mungkar yang di bawa oleh bangsa Yahudi
dan Nasrani.

5. Rasulullah s.aw. melarang umatnya dan meniru buta amalan dan budaya orang
lain yang bertentangan dengan Islam, sebaliknya menyuruh mereka menghidupkan
sunnahnya di dalam kehidupan mereka.



[...] Selengkapnya...

DIAM..TANDA KEIMANAN

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita
pelajari adalah bagaimana menjadi peribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga
memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar
atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan kesannya. Ada yang
dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam menjadi masalah. Semuanya
bergantung kepada niat, cara, situasi, juga keadaan pada diri dan
lingkungannya. Berikut merupakan jenis-jenis diam yang biasa kita lihat:

a. Diam Bodoh
Iaitu diam kerena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini terjadi
kerana kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan
pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik
daripada memaksakan diri bicara yang tidak diketahui.

b. Diam Malas
Diam jenis ini merupakan keburukan, kerana diam pada saat orang memerlukan
perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa moodnya tidak baik, tidak
berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan
bahwa orang yang diajak bicara tidak setaraf dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk menjatuhkan orang lain. Diam pada
saat diperlukan kesaksiaannya yang dapat menyelamatkan seseorang yang lain
adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jauh lebih
terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih mengeruhkan suasana. Namun,
buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari penyelesaian tapi untuk
memperlihatkan kemarahannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah
masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan
perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahawa dengan bersikap menahan diri
(diam) maka akan menjadi maslahat lebih besar berbanding dengan berbicara.

2. Keutamaan Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menjaga kata-kata yang berpeluang
menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosa pun menipis,
terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif bererti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau
aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pendengar dan pemerhati yang baik,
diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendlam
sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kurang pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif
adalah bercahayanya hatinya, memberikan idea dan gagasan yang cemerlang, hikmah
dari Allah swt akan menyelimuti hati, lisan, sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disedari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan
kewibawaannya tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan
atau meremehkan.


Selain itu, diam aktif berupaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

1. Diam dari perkataan dusta / bohong
2. Diam dari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan
4. Diam dari kata-kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti hati
8. Diam dari perkara yang tidak diketahui

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah
redha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjelang, lisan ini diperkenankan
untuk menghantar ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhid
"lah ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantar kita ke syurga. Aamiin


[...] Selengkapnya...

CINTA SEJATI..........

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad S.A.W. sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendakk bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa kasih sayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah S.A.W.Katanya “ Ya Rasulullah, saya sebernarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi.”

Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu, mereka diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman.”

Tauladan dari kisah ini :

Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, InsyaAllah kita bersama nabi di akhirat nanti. Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu sangat jika tidak bertemu.
Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak. Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda, meskipun baginda sudah wafat


[...] Selengkapnya...

Ciri-ciri manusia unggul

Manusia unggul adalah mereka yang memenuhi ciri-ciri individu Islam yang sebenarnya menurut kehendak Al-Quran dan as-Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan. Bagi mewujudkan manusia unggul, seseorang itu hendaklah memiliki ciri-ciri keunggulan iaitu keimanan yang utuh, amal ibadat yang meliputi ibadat khususiah dan fardhu kifayah dan akhlak mulia yang merupakan cermin keimanan dan amal salih.

1. Keimanan Yang Utuh

Keimanan kepada Allah SWT adalah paksi pembinaan negara dan ummah.
Dengan keimanan itu akan lahirlah individu yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam surah al-Asr:

'Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang
beriman dan beramal salih yang berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan
kesabaran.' (Surah al-Asr, ayat 1-3)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahawa manusia yang beruntung ialah
mereka yang beriman dan beramal salih. Beriman kepada Allah adalah proses
peralihan jiwa manusia daripada menganggap dirinya bebas daripada sebarang
kuasa dan ikatan serta tanggungjawab kepada ketundukan mengaku tanpa syarat
bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah.

Iman merangkumi tiga unsur utama, pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang
jitu dan keyakinan yang teguh. Ketiga-tiga unsur ini akan membentuk iman yang
kukuh yang menjadi tonggak kekuatan ruhaniyah yang cukup kental untuk membina
jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang daripada
melakukan kejahatan dan maksiat.

2. Pelaksanaan Amal Ibadat

Keimanan tanpa ketaatan melalui amal ibadat adalah sia-sia. Seseorang yang
berperibadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan
dalam kehidupan sehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia
itu sendiri ialah supaya beribadat kepada-Nya. Firman Allah SWT:
'Tidak Aku ciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadat.'
(Surah az-Zariat, ayat 56)

Ibadat adalah bukti ketundukan seseorang hamba setelah mengaku beriman kepada
Tuhannya. Ibadat yang dimaksudkan di sini termasuklah ibadat khususiah yang
menyentuh fardhu ain dan juga fardhu kifayah yang merangkumi hubungan manusia
sesama manusia.

Justeru itu, bagi individu yang berperibadi unggul, seluruh hidupnya baik
hubungannya dengan Pencipta ataupun masyarakat adalah dianggap ibadat. Allah
SWT berfirman:

'Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman iaitu orang yang khusyu'
dalam sembahyangnya, orang yang menjauhkan dirinya (dari perbuatan) yang tidak
berguna, orang yang menunaikan zakat dan orang yang menjaga kehormatannya
kecuali terhadap isteri-isterinya atau hamba yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.' (Surah al-Mukminun, ayat 1-6)

3. Akhlak Mulia

Akhlak mulia bagi peribadi unggul adalah hasil keimanan yang kental. Ini
disebabkan tali ikatan yang menjalinkan hubungan antara individu dengan
masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh
anggota masyarakat tersebut.
Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah
masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islam. Rasulullah SAW
adalah contoh utama pembentukan akhlak. Dalam sebuah hadith, baginda bersabda,
'Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.' (Riwayat
Ahmad)

Beberapa nilai yang baik dalam akhlak Islam yang menjadi tonggak amalan bagi
melahirkan individu unggul ialah:

a) Amanah
Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang. Ia adalah
asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada
keadilan. Firman Allah SWT:

'Maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan
bertaqwalah kepada Allah, Tuhannya.' (Surah al-Baqarah, ayat 283)

b) Ikhlas
Ikhlas adalah inti setiap ibadah dan perbuatan. Firman Allah SWT:
'Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan
mengikhlaskan ibadat kepada-Nya.' (Surah al-Bayyinah ayat 5)

Ikhlas akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Masyarakat yang mengamalkan
sifat ikhlas akan mencapai kebaikan dunia dan akhirat, bersih daripada sifat
kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud, 'Bahagialah dengan limpahan kebaikan bagi
orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam kumpulan) tidak dikenali, tetapi
apabila tidak hadir tidak pula kehilangan. Mereka itulah pelita hidayat.
Tersisih daripada mereka segala fitnah dan angkara orang yang zalim.' (Riwayat
Imam al-Baihaqi)

c) Tekun
Islam menggalakkan umatnya supaya tekun apabila melakukan sesuatu pekerjaan
sehingga selesai dan berjaya. Sabda Rasulullah SAW, 'Sesungguhnya Allah SWT
menyukai apabila seseorang kamu bekerja dia melakukan dengan tekun.' (Riwayat
Abu Daud) Sifat tekun akan meningkatkan produktiviti ummah, melahirkan suasana
kerja yang aman dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat.

d) Berdisiplin
Berdisiplin dalam menjalankan sesuatu kerja akan dapat menghasilkan mutu
kerja yang cemerlang. Hasrat negara untuk maju dan cemerlang akan dapat dicapai
dengan lebih cepat lagi. Dengan berdisiplin seseorang itu akan dapat menguatkan
pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang.

e) Bersyukur
Bersyukur dalam konteks peribadi unggul berlaku dalam dua keadaan: pertama;
sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh
Pencipta sama ada sedikit atau banyak, kedua; bersyukur sesama makhluk sebagai
ketetapan daripada Allah SWT supaya kebajikan sentiasa dibalas dengan
kebajikan. Allah SWT berfirman:

'Demi sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Aku akan tambahkan nikmat-Ku
kepada kamu dan sekiranya kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku amatlah keras.'
(Surah Ibrahim, ayat 7)

f) Sabar
Di dalam menghadapi cabaran hidup, kesabaran amat penting untuk membentuk
peribadi unggul seperti yang dikehendaki Allah SWT. Firman Allah SWT:

'Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala
kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaran
kamu (lebih daripada kesabaran musuh di medan perjuangan) dan bersedialah
(dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu
kepada Allah supaya kamu berjaya.' (Surah Ali Imran, ayat 200)

g) Adil
Adil bermaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya. Para ulama membahagikan
adil kepada beberapa peringkat iaitu adil terhadap diri sendiri, orang bawahan,
pemimpin atasan dan juga sesama saudara. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud,
'Tiga perkara yang menyelamatkan iaitu takut kepada Allah ketika bersendirian
dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah dan berjimat
cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan iaitu
mengikut hawa nafsu, terlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya
sendiri.' (Riwayat Abu Syeikh)












Kesan Manusia Beruntung Dalam Kehidupan

Seorang manusia yang memiliki sifat-sifat unggul adalah sangat beruntung
kerana ia mampu mengemudi hidupnya dengan sempurna. Kondisi ini membuatkan ia
dapat berperanan dengan baik kepada dirinya dan alam sekeliling.

Kesan Kepada Diri Sendiri

Manusia unggul akan berjaya melaksanakan amanah dan tanggungjawab dengan
sebaik-baiknya dan sentiasa dapat memenuhi tuntutan-tuntutan rohani dan
jasmaninya dengan terkawal. Aspek-aspek rohani dan jasmani manusia yang terdiri
daripada empat perkara asas iaitu akal fikiran, roh, jasad dan syahwat akan
dapat dididik dan dipandu berdasarkan fitrah sebenar berdasarkan fungsi
kejadian manusia itu sendiri sebagai makhluk istimewa dan khalifah Allah yang
diamanahkan untuk memakmurkan bumi ini.

Akal fikiran yang diciptakan Allah SWT merupakan mahkota berharga yang
menampilkan imej manusia. Ia berkeupayaan menerima ilmu, berfikir, membezakan
yang baik dan buruk, boleh diajar dan dididik serta boleh menyampaikannya
kepada orang lain. Melalui akal, seseorang itu mendapat hidayah dan petunjuk
Allah SWT menerusi pemerhatian dan penghayatan terhadap kejadian-kejadian alam
dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh orang lain.

Al-Quran menggesa manusia supaya menggunakan akal fikiran, memerhati dan
mengkaji kejadian-kejadian alam ini. Pemerhatian dan pengkajian ini mempunyai
faedah yang sangat besar iaitu memenuhi dan mempertingkatkan kemajuan hidup
yang kemudiannnya akan menemui hakikat kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta
yang Maha Agung. Dengan itu ia selaku makhluk yang mempunyai daya akal dan
keupayaan akan tunduk patuh kepada kekuasaan Allah swt dengan penuh kesedaran
dan akan melaksanakan kehidupan ini dalam situasi yang betul dan menuju
keredhaan Allah SWT.

Roh dan nyawa adalah komponen utama manusia. Adalah terlalu sulit untuk
diperkatakan kerana ia sebenarnya urusan Allah SWT. Walaupun demikian ia amat
mustahak kerana dengannya mausia boleh hidup, bernafas, mendenyutkan nadi,
memberikan dorongan dan kekuatan perasaan.

Satu lagi komponen manusia ialah jasad yang merangkumi kulit, daging, otot,
urat, darah, tulang, anggota pancaindera dan lain-lain. Masing-masing mempunyai
fungsi tersendiri dan meyempurnakan antara satu sama lain iaitu sesuai dengan
kejadian manusia yang dijadikan Allah SWT sebagai sebaik-baik kejadian.
Seseorang yang terdidik dengan nilai-nilai unggul, jasadnya akan bergerak di
atas panduan yang betul.

Dia akan menggunakan kudratnya melakukan kerja-kerja yang baik, rehat dan
tidur dengan seimbangnya, memakan makanan yang bersih dan halal, menjaga
kesihatan diri, mengguna dan memelihara pancaindera dari sebarang kemudharatan,
dosa dan sebagainya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:

' … dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri ke dalam bahaya kebinasaan.'
(Surah al-Baqarah, ayat 195)

Jelasnya jasad perlu dijaga supaya tidak terdedah kepada kebinasaan, penyakit
dan sebarang kecacatan kerana kesempurnaan jasad turut membantu keunggulan
hidup seseorang.

Unsur seterusnya yang dikurniakan kepada manusia ialah nafsu syahwat. Imam
al-Ghazali pernah mengumpamakan nafsu sebagai binatang liar, bermakna ia
sesuatu yang sukar dikawal. Sekiranya nafsu dapat dididk dan dikawal, ia akan
menjadi jinak dan tunduk menurut segala kemahuan diri manusia. Tetapi sekiranya
ia tidak dididik dan dikawal, dengan mudah ia menjadi raja kepada diri
seseorang untuk melakukan apa sahaja kemahuan yang lebih cenderung kepada
keburukan. Firman Allah SWT;
'Sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan kecuali
orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku (maka terselamatlah ia dari
hasutan nafsu itu).' (Surah Yusuf, ayat 53)

Bagi menenuhi keinginan syahwat ini, Islam membenarkan perkahwinan. Dengan
demikian umat manuisa akan membiak dan berkembang dengan cara yang betul di
samping sebagai salah satu pengecapan kurniaan nikmat Allah SWT dalam hidup
berkeluarga. Jelasnya, kejayaan atau kegagalan seseorang itu melaksanakan
tanggungjawab, khususnya kepada diri sendiri adalah bergantung kepada berjaya
atau gagalnya ia memenuhi tuntutan keempat-empat perkara tersebut. Aspek-aspek
ini adalah asas pembangunan keluarga, masyarakat dan negara.

Kesan Kepada Keluarga

Seseorang insan yang unggul akan mudah mengatur urusan hidup keluarganya. Ia
dapat merencanakan soal-soal pendidikan, saraan, pergaulan dan pembangunan
keluarganya dengan tarbiah Islamiah. Ia dapat menjalankan tugasnya sebagai ra'i
atau ketua keluarga dan dalam masa yang sama sebagai abid atau hamba Allah yang
sentiasa menjaga hubungannya dengan Allah SWT.

Dalam sesebuah keluarga, aspek-aspek kesihatan fizikal adalah sangat perlu.
Ini kerana kesejahteraan pemikiran dan kerohanian seseorang bergantung rapat
kepada kesejahteraan fizikal. Seseorang mukmin yang kuat adalah lebih baik
daripada yang lemah. Minda yang sihat akan lahir dari tubuh badan yang sihat.
Oleh itu, tarbiah jasmaniah seperti yang dituntut oleh syarak perlulah
dilaksanakan dalam keadaan yang teratur. Umpamanya dalam pemilihan makanan
mestilah yang bersih, baik dan dari sumber yang halal. Amalan buruk yang boleh
memudaratkan badan seperti merokok, meminum minuman keras, menyalahgunakan
dadah dan sebagainya, hendaklah dijauhi. Sekiranya ketentuan ini tidak
dipatuhi, kesihatan jasmani akan terjejas dan boleh memberi kesan buruk kepada
mental, fizikal dan spiritual.
Pendidikan rohani pula adalah aspek yang penting. Ia merangkumi keimanan,
pengamalan syariat, pelaksanaan tanggungjawab sebagai seorang muslim serta
pembangunan mental dan spiritual. Seorang ketua keluarga bertanggungjawab
membentuk dan mendidik keluarganya mengamalkan tuntutan-tuntutan yang
dikehendaki oleh Islam. Dalam masa yang sama menjauhi perkara-perkara yang
haram dan makruh. Ia juga mestilah memastikan ketulenan akidah keluarganya dan
membersihkannya dari sebarang bentuk kekufuran dan kesyirikan serta mengikis
jiwa dari kekotoran dan penyakit melalui amalan dan latihan yang mantap serta
berterusan. Firman Allah SWT:

'Sesungguhnya berjayalah orang yang ( setelah menerima peringatan itu)
berusaha membersihkan dirinya (dengan taat dan amal soleh) dan menyebut-nyebut
dengan lidah dan hatinya akan nama Tuhannya serta mengerjakan sembahyang (
dengan khusyuk).' (Surah al-A'la, ayat 14-15)

Seperti yang telah dinyatakan akal fikiran sangat berharga bagi manuisa.
Islam juga menuntut umatnya supaya menggunakan akal fikiran dengan betul. Islam
menyuruh manusia supaya menuntut ilmu yang bermanfaat dan ilmu itu pula
hendaklah disebarkan melalui proses pengajaran dan pengembangan.
Seiring dengan kekuatan pemikiran, pendidikan akhlak adalah amat mustahak.

Seseorang ketua yang unggul adalah model yang berkesan dalam pendidikan
akhlak keluarganya. Ia perlu membimbing ahli keluarganya dengan akhlak Islamiah
berdasarkan ilmu dan pengalaman yang ada padanya. Kegagalan sesetengah keluarga
untuk mengamalkan akhlak Islamiah kebanyakannya berpunca daripada kegagalan
ketua keluarga atau ibu bapa masing-masing yang tidak mengamalkan nilai-nilai
murni seperti yang ditetapkan oleh Islam. Sebab itulah ibu bapa perlu membentuk
keunggulan diri mereka terlebih dahulu sebelum amalan itu dapat diperturunkan
kepada anak-anak mereka.

Seorang ketua keluarga juga dapat mengatur soal kehidupan ekonomi dan sosial
keluarganya berpandukan nilai-nilai yang baik. Ia akan mempunyai rasa
tanggungjawab untuk mempertingkatkan taraf hidup keluarganya dengan mengamalkan
sikap bersungguh-sungguh dalam kerjaya. Ia berkeyakinan bahawa kesungguhan
bekerja adalah suruhan agama yang perlu ditunaikan. Dengan demikian ia akan
membawa keluarganya keluar dari ruang lingkup kemiskinan yang menjadi salah
satu musuh Islam yang boleh membawa kepada kekufuran seperti sabda Rasulullah
SAW, 'Hampir-hampr kefakiran itu membawa kepada kekufuran.' (Riwayat Abu Naim)

Kesan Kepada Masyarakat, Negara Dan Ummah

Seseorang insan yang unggul akan memastikan hubungan kemasyarakatan dan
keluarganya berada dalam satu ikatan yang jitu. Prinsip-prinsip hubungan
kejiranan dan masyarakat di sekitarnya akan diasaskan kepada panduan-panduan
yang digariskan oleh Islam. Firman Allah SWT:

'Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan
janganlah kamu bercerai berai....' (Surah Ali Imran ayat 103)
'Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua-dua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
jiran tetangga yang dekat, jiran tetangga yang jauh, rakan sejawat, orang
musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki.' (Surah
an-Nisa', ayat 36)

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, 'Hubungan orang mukmin dengan orang
mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang menguatkan antara satu
sama lain.' (Riwayat at-Tabarani)

Setiap kelompok masyarakat perlu memberi perhatian berat kepada bidang
pendidikan. Insan yang beruntung dalam sesebuah masyarakat akan memudahkan
usaha dan perancangan untuk meningkatkan kualiti masyarakat melalui aktiviti
pendidikan, pengajian dan muamalat.

Penghayatan agama juga sangat mustahak. Merekalah yang akan mengembangkan
penghayatan ajaran Islam melalui aktiviti-aktiviti yang berfaedah melalui
cara-cara yang formal atau tidak formal. Suasana ini bukan sahaja dapat
melahirkan masyarakat yang harmoni dan berdisiplin, tetapi juga akan
menampakkan masyarakat yang mempunyai imej yang tinggi serta mendapat
keberkatan daripada Allah SWT.

Seperti yang diketahui, ketrampilan seseorang individu atau masyarakat dengan
ilmu agama semata-mata tanpa ilmu duniawi adalah sesuatu yang tidak sempurna.
Dalam ertikata lain, seseorang muslim perlu mendapatkan pengetahuan yang luas
dan kemahiran yang tinggi dalam ilmu selain ilmu agama yang menjadi keperluan
asasi. Ia meliputi ilmu ekonomi, politik dan sosial yang perlu diketahui
sebagai alat untuk meletakkan diri masing-masing dalam arus perdana kehidupan
bermasyarakat dan beragama. Dengan sebab itu bidang ekonomi, politik dan sosial
mesti diketahui dan dicemburi secara bersungguh-sungguh sekurang-kurangnya pada
tahap yang paling asas. Bidang-bidang ini merupakan urusan hidup yang menjadi
sebahagian penting yang dikehendaki oleh ajaran Islam seperti yang dijelaskan
dalam firman Allah SWT:

'Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan oleh Allah
kepadamu (pahala dan kebahagiaan) hari akhirat dan janganlah engkau melupakan
bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia.' (Surah al-Qasas, ayat 77)

Selain bidang sosial dan ekonomi, bidang politik juga menjadi perkara yang
penting dalam sesebuah masyarakat. Kestabilan politik sesebuah negara adalah
berpunca daripada keunggulan dan kekuatan yang ada pada diri setiap individu,
yang kemudiannya membentuk satu ikatan warganegara yang kukuh.

Apabila sesebuah masyarakat itu kukuh, akan lahir pula tokoh-tokoh berwibawa
yang boleh diharap menjadi pemimpin bagi setiap kelompok masyarakat. Pemimpin
ini pula perlu mempunyai ilmu, kemahiran dan sifat-sifat unggul sebagai
pemimpin. Dia perlu diberi kepercayaan dan sokongan supaya masyarakat dan
negara dapat dibawa kepada pencapaian matlamat kemakmuran hidup dan keredhaan
Allah SWT seperti yang dapat difahami daripada kisah negeri Saba' (Yaman Tua)
yang diceritakan di dalam al-Quran:

'Demi sesungguhnya, adalah bagi penduduk negeri Saba' satu tanda (yang
membuktikan kemurahan Allah) yang terdapat di tempat tinggal mereka, iaitu dua
kumpulan kebun (yang luas lagi subur) yang terletak di sebelah kanan dan di
sebelah kiri (kampung mereka). (Lalu dikatakan kepada mereka): 'Makanlah dari
rezeki pemberian Tuhan kamu dan bersyukurlah kepada-Nya , (negeri kamu ini
adalah) negeri yang baik (aman dan makmur) dan (Tuhan kamu adalah) Tuhan yang
Amat Pengampun.' (Surah Saba', ayat 15)

Dalam konteks kepentingan sejagat pula seseorang insan yang unggul akan mampu
memimpin ummah di peringkat yang lebih luas. Kejayaan memimpin negara akan
diikuti oleh negara lain sebagai model. Pemimpin yang berwibawa di arena
antarabangsa ini diperintahkaan oleh Islam supaya memberikan sumbangan untuk
kesejahteraan ummah. Dengan itu tercapailah fungsi manusia sebagai khalifah
Allah SWT di atas muka bumi ini.

Penutup

Demikianlah antara kesan-kesan yang dapat dilahirkan oleh insan yang umggul
dalam kehidupannya sama ada kepada diri, keluarga, masyarakat, negara dan ummah
hasil daripada pegangan dan amalan terhadap nilai-nilai unggul seperti yang
telah dinyatakan.


[...] Selengkapnya...

Malaikatmu..tersentuh hati..(bacalah..ambillah masa walaupun 1 minit)

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia...

Dia bertanya kepada Tuhan : "Para malaikat disini mengatakan bahawa besok Engkau akan mengirimkan saya kedunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana; saya begitu kecil dan lemah ?"

Dan Tuhan menjawab: "Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu ."

Bayi bertanya lagi: "Tetapi disini; didalam syurga ini, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi, bermain dan tertawa...Inikan sudah cukup bagi saya untuk berbahagia."



"Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia"

"Dan bagaimana bisa saya mengerti disaat orang-orang berbicara kepada saya jika saya tidak mengerti bahasa mereka ?" "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar; dan dengan penuh kesabaran dan perhatian. Dia akan mengajar kepadamu cara berbicara."

"Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu ?" "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa"

"Saya mendengar bahawa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya ?" "Malaikatmu akan melindungimu; walaupun hal tersebut mungkin akan mengancam jiwanya" "Tapi, saya pasti akan merasa sedih kerana tidak melihatMu lagi"

"Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu; walaupun sesungguhnya Aku akan sentiasa disisimu"

Disaat itu, Syurga begitu tenang dan heningnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar, dan sang bayi bertanya perlahan : "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut?"

"Kamu akan memanggil malaikatmu itu: " IBU "

Ingatlah sentiasa kasih sayang dan pengorbanan ibu. Berbakti, berdoa dan cintailah dia sepanjang masa..... Dialah sesatunya harta yang tiada galang gantinya dunia akhirat....

Dan untuk para ibu, ingatlah kisah ini dikala kamu hilang sabar dengan karenah anak-anak yang sedang membesar...sesungguhnya Syurga itu dibawah telapak kakimu...


Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :
"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan"
"Lidahmu basah dengan berzikir kepada Penciptamu"
"Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu"
..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan taubat kepada Dzat yang Memiliki mu."
MUHASABAH DIRI: Petua Mencuci Hati oleh Datuk Dr Haji Fadzilah Kamsah
MUHASABAH DIRI: Petua Mencuci Hati oleh Datuk Dr Haji Fadzilah Kamsah


Segala aspek kehidupan ini bermula daripada hati. Oleh itu di bawah ini ada beberapa cara Bagaimana hendak mencuci hati. Diolah oleh pakar motivasi Datuk Dr. Haji Fadzilah Kamsah.

1) Dirikan solat dan banyakkan berdo'a - Ini adalah salah satu kaedah yang sungguh berkesan. Semasa berdo'a turut katakan "Ya,Allah jadikan hatiku bersih"

2) Selawat keatas Nabi Muhammad s.a.w paling minima 100 X sebelum tidur, Ini merupakan satu pelaburan yang mudah dan murah. Disamping dosa-dosa diampunkan, otak tenang, murah rezeki, orang sayangkan kita dan mencetuskan semua perkara kebaikan.

3) Solat taubat - Selain daripada memohon keampunan, dapat mencuci hati dan menenangkan minda.

4) Membaca Al-Quran - Selain dapat mencuci hati juga menenangkan jiwa, penyembuh, penenang, terapi. Sekurang-kurangnya bacalah "Qulhu-allah" sebanyak 3X.

5) Berma'af-ma'afan sesama kawan setiap hari - Semasa meminta maaf perlu sebutkan.

6) Bisikan kepada diri perkara yang positif - Jangan sesekali mengkritik, kutuk diri sendiri, merendah-rendahkan kebolehan diri sendiri. katakan lah "Aku sebenarnya......(perkara yang elok-elok belaka)

7) Program minda/cuci minda - Paling baik pada waktu malam sebelum tidur, senyum, pejam mata, katakan di dalam hati "Ya, Allah cuci otak aku, cuci hatiku, esok aku nak jadi baik, berjaya, ceria, bersemangat, aktif, positif". Menurut kajian saikologi, apa yang disebut sebelum tidur dapat dirakamkan sepanjang tidur sehingga keesokan harinya

8) Berpuasa - Sekiranya dalam berpuasa terhindar dari melakukan perkara-perkara kejahatan.

9) Cuba ingat tentang mati (Sekiranya hendak melakukan sesuatu kejahatan, tidak sampai hati kerana bimbang akan mati bila-bila masa)

10) Kekalkan wuduk

11) Bersedekah

12) Belanja orang makan.

13) Jaga makanan - jangan makan makanan yang subhat

14) Berkawan dengan ulama

15) Berkawan dengan orang miskin (menginsafi)

16) Pesan pada orang, jadi baik

17) Menjaga pacaindera (mata, telinga, mulut...dsb), jangan dengar orang mengumpat.

[...] Selengkapnya...

111 WASIAT RASULULLAH SAW

Assalamualaikummmm....

pertama sekali saya ingin meminta maaf kepada semua kerana telah lama x update blog ni.......


WAHAI Ukhiti Muslimah! Sebahagian dan akhlak seorang Islam yang sejati itu
ialah pemalu dan menyimpankan segala rahsia dan cacat cela saudaranya. Tidak
suka menyebarkan berita-berita buruk, fitnah atau tuduhan palsu yang
bukan-bukan di dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang wanita Muslimah itu
sentiasa mengamalkan petunjuk-petunjuk Al Qur’an dan sunnah yang suci yang
mengancam bagi setiap manusia yang suka menyebarkan berita-berita palsu dan
memburuk-burukkan saudara-saudaranya. Ancaman itu adalah berupa keazaban dunia
dan akhirat.

Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu
tersiar di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia
dan di akhirat.”
(An-Nur: 19)


Dan itu wahai Ukhti Muslimah, janganlah melepaskan lidahmu dalam menyebarkan
berita-berita jahat dan tuduhan-tuduhan palsu di dalam masyarakat Islam, kerana
dosanya sangat besar disisi Allah.

Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata:
“Yang membuat kejahatan dan orang yang menyebarkan beritanya, sama banyak
dosanya.”
(Riwayat Bukhari).

Seorang Muslimah yang hidup di dalam masyarakat Islam, adalah penutup berita
jahat dan tuduhan palsu. Dia pemalu dan tidak tergamak untuk berbuat dosa dan
noda. Dia mempunyai akhlak yang mulia yang diperolehinya dan didikan Islam yang
menghalanginya daripada melibatkan diri dan menggugat dan melukai kehormatan
manusia. Dia memelihara lidahnya dan menyiarkan berita maksiat samada berita
itu didengarnya dan orang lain atau dia melihatnya sendiri.

Semuanya itu ditutupnya rapat-rapat kerana mengamalkan Hadis Rasulullah SAW:
"Tiap-tiap umatku dimaafkan kecuali yang berterang-terangan. Yang dimaksud
dengan berterang-terangan adalah seorang lelaki yang berbuat dosa pada waktu
malam, padahal pada waktu pagi hari Allah telah menutup segala rahsianya, lalu
dia berkata: “Hai pulan sesungguhnya aku telah berbuat begini dan begini,”
padahal dia telah bermalam ditutup oleh Allah SWT dan dia sendiri mendedahkan
rahsia Allah SWT.
(Muttafaq alaihi).

Sabdanya lagi:
“Tidak menutup seorang hamba akan seorang hamba didunia melainkan Allah SWT
menutupnya di akhirat, (menutup rahsianya, menutup cacat celanya).
(HR. Muslim).

Wahai Ukhti Muslimah! Sesungguhnya mengubati dan merawat kelemahan kemanusiaan
bukanlah dengan cara mengintip kesalahannya, cacat celanya, mendedahkannya atau
mengisytiharkannya. Sebaliknya hendaklah menerangkan kebenaran kepada
pendengaran mereka dan membawa mereka supaya taat kepada Allah. Disamping itu
pula menerangkan akibat buruk dan maksiat yang dilakukan. Semuanya itu
hendaklah dilakukan dengan lemah-.lembut, sebab hari ya dengan lemah lembut
sahajalah boleh membuka pintu hati yang tertutup. Oleh kerana itu, Islam
melarang kita mencarican kesalahan orang lain, sebagaimana firman Allah:
“Jannganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”
(Al-Hujurat: 12)

Dalam satu riwayat dan Ibn Abbas menceritakan bagaimana marahnya Rasulullah SAW
kepada mereka yang berseronok-seronok memperkatakan aib dan cacat cela dan suka
mendedahkan rahsia manusia, dia berkata:

“Telah berkhutbah Rasuluflah SAW dengan satu khutbah sehingga terdengar khutbah
baginda kepada gadis-gadis di dalam bilik mereka lalu beliau bersabda:

“Hai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya padahal belum masuk iman di
hatinya janganlah kamu menyakiti orang-orang mukmin dan jangan kamu
mencari-cari dan mengikuti aurat (rahsia-rahsia mereka) kerana sesungguhnya
siapa yang mengekori aurat saudaranya yang muslim, Allah SWT mendedahkan
rahsianya dan barangsiapa mengekori auratnya, Allah SWT membuka rahsianya
sekalipun didalam rumahnya.”
(HR. Tabrani)

Dan keterangan hadis di atas ini menjelaskan kepada kita, betapa besarnya dosa
yang dilakukan oleh mereka-mereka yang suka membuka rahsia orang, atau dengan
sengaja membuat berita-berita palsu, sehingga mereka dimasukkan oleh Rasulullah
SAW ke dalam golongan orang-orang yang kosong hatinya dan iman. ini adalah dosa
yang paling besar di sisi Allah SWT yang barangkali selama ini disangkakan dosa
kecil.


36 JAUHILAH PERASAAN BURUK SANGKA
===================================
WAHAI Ukhti Muslimah! Sesungguhnya seorang Muslimah sejati itu tidak mudah
menyangka buruk kepada sesama manusia. Tidak tergamak ia membiarkan khayalan
dan fikirannya menyangka yang bukanbukan kepada seseorang, padahal orang
tersebut bersih dan apa yang disangkakannya.
Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dan prasangka, sesungguhnya
sebahagian dan prasangka itu adalah dosa.”
(Al-Hujurat: 12)

Rasulullah SAW mengecam dengan kerasnya bagi kaum Muslimin yang berburuk sangka
kepada sesama manusia. Sebagaimana sabda beliau:
“Awaslah terhadap buruk sangka, kerana sesungguhnya sangkaan itu adalah
perkataan yang paling bohong.”
(Muttafaq alaihi)

Dan keterangan hadis Rasulullah SAW di atas ini, jelas memberikan peringatan
kepada kita supaya kaum muslimin tidak mempunyai sangkaan buruk terhadap
manusia lainnya. Rasulullah mengarahkan kepada kita supaya memandang perbuatan
lahir manusia sahaja tanpa menggantungkan din kepada prasangka. Sebab tidak ada
yang mengetahui rahsia yang tersembunyi di hati seseorang kecuali Allah.

Sementara manusia itu tidak ada yang dapat diketahuinya dan saudaranya kecuali
yang lahirnya sahaja. Adapun tentang masalah batin, kita serahkan sahaja kepada
Allah SWT.

Abdullah bin Mas’ud telah mendengar Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya
ada beberapa orang yang dihukum berpandukan wahyu (wahyu yang menentukan baik
atau jahat seseorang) di zaman Rasulullah SAW, dan pada saat sekarang wahyu
telah berhenti, jadi kami hari yalah menghukum kamu menurut zahirnya sahaja
perbuatanmu, barangsiapa yang lahir kebaikannya kepada kami, kami biarkan
keamanan kepadanya dan kami hampirkan dia kepada kami dan kami tidak
bertanggungjawab mengetahui rahsianya. Rahsianya akan dihisab oleh Allah SWT.
Barangsiapa yang nampak kepada kami kejahatannya, kami tidak mempercayainya dan
tidak memberi keamanan kepadanya walaupun dia berkata: “Hatinya dan rahsianya
baik.”

Oleh kerana itu, seorang muslimah yang bertaqwa, dirinya akan selalu waspada
dan setiap perkataan yang diucapkannya, berfikir panjang sebelum menjatuhkan
hukuman atau keputusan. Ia selalu berpedoman kepada firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.”
(Al-Isra’: 36)

Justeru itu, seorang Muslimah sejati mestilah patuh dan tunduk di hadapan
hidayah ini, tidak bercakap, tidak bertindak tanpa ilmu dan tidak menjatuhkan
hukuman melainkan dengan keyakinannya.

Lebih dan itu, dia akan merasa takut menuduh atau bersangka buruk kepada
seseorang, kerana dalam hatinya selalu melihat malaikat yang sentiasa mencatit
segala tingkah lakunya baik lahir mahupun batin. Sebagaimana firman Allah:

“Tiada suatu uca pan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.”
(Qaaf: 18)

Bagi seorang muslimah yang benar-benar mengerti dan menghayati ayat di atas
ini, maka hatinya akan merasa gementar dan merasa takut dan
mempertanggungjawabkan setiap patah perkataan yang dituturkan. Maka kita akan
melihat dia berjaga-jaga dan waspada sebelum ia mengeluarkan perkataannya. Dia
akan menimbang dan memikirkan terlebih dahulu masakmasak sebelum mengeluarkan
satu-satu perkataan. Kerana dia tahu dan ajaran agamanya bahawa katakata yang
diucapkannya itu mungkin akan diredhai oleh Allah SWT atau akan mendapat
kemurkaan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya seseorang yang mengucapkan perkataan yang diredhai Allah SWT yang
dia tidak menyangka bahawa kata-katanya itu akan mendapat keredhaan dan Allah,
maka keredhaan untuknya dan Allah sampai hari kiamat. Dan seseorang yang
mengucapkan perkataannya itu akan sampai kemana-mana. Lalu Allah SWT
memurkainya hingga hari kiamat.”
(HR. Imam Malik).

Dan itu wahai ukhti Muslimah, bersihkanlah hatimu dan perasaan buruk sangka,
sebab buruk sangka itu akan membawa kepada malapekata.


#2 - SELALU MENYENANGKAN HATI SUAMI
================================
RASULULLAH SAW bersabda:

“Sukakah kamu aku ceritakan bakal isterimu di syurga? Para sahabat menjawab;
Tentulah sahaja kami suka.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “iaitu setiap isteri
yang kasih sayang dan banyak anak, dan apabila ia diganggu oleh suaminya lalu
ia menyerahkan dirinya dan berkata, “Inilah tanganku terserah kepadamu, saya
tidak akan dapat tidur hingga engkau rela kepadaku.”
(HR. Thabrani).

Isteri yang solehah itu tidak akan menyusahkan suaminya, ia selalu berusaha
untuk menghilangkan kesusahan suami dan ikut serta membantu menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Di dalam sebuah riwayat diceritakan bahawa Nabi
Muhammad SAW setelah menerima wahyu yang pertama di Qua Hira’, dia menceritakan
kepada isterinya Khadijah tentang semua suka duka yang dialaminya, supaya
mendapat sokongan, bantuan dan hiburan dan isteri tercinta. Isteri yang
terkenal sebagai seorang wanita Quraisy yang paling cerdas akalnya dan luhur
budi pekertinya itu, sangat mengerti apa yang diharapkan oleh kekasihnya.
Dengan penuh kehangatan dan kasih sayang dia berusaha menghiburkan dan
meyakinkan hati suaminya itu.

Dia pula manusia pertama yang percaya pada Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dialah
yang menghibur Rasulullah SAW ketika pulang dan Gua Hira’, sedangkan pada waktu
itu Rasulullah dalam keadaan ketakutan yang luar biasa. Kerana secara tiba-tiba
sewaktu ia berada di Gua Hira’, iaitu pada bulan Ramadhan, ia didatangi oleh
malaikat yang berkata: “Hai Muhammad! Engkau adalah Rasulullah!”

Rasulullah SAW bersabda:

“Pada waktu itu aku duduk bersimpuh, seluruh sendi kakiku terasa seperti akan
tanggal. Aku berjalan merangkak, sedangkan seluruh tubuhku menggigil.
Tergopoh-gapah aku masuk kerumah menemui Khadijah, sambil berkata: “Selimutkan
aku, selimutkan aku.” Akhirnya rasa takutku beransur hilang.” Aku ceritakan
semuanya yang aku alami kepada Khadijah. Lalu dengan penuh rasa percaya dan
mesra dia berkata: “Bergembiralah wahai sayangku! Demi Allah, Dia tidak akan
menghinakanmu sedikitpun. Demi Allah sesungguhnya dirimu aku perhatikan, sen
tiasa memelihara hubungan baik dengan keluarga, bercakap benar, menunaikan
amanah, tabah dalam inenanggung musibah, suka menerima tamu, dan sedang
menolong orang yang ditimpa bencana.”
(HR. Thabrani).

Itulah Khadijah seorang wanita mulia, ia selalu menguatkan semangat dan
meringankan beban penderitaan suaminya. Ia selalu berusaha untuk mengecilkan
beban dan musibah yang sedang di alami si suami dalam perjuangan, hingga akhir
hayatnya.

Khadijah mengetahui betul sifat dan akhlak kekasthnya baik di dalam mahupun di
luar rumah. Kata-kata “bergembiralah” sebagaimana yang disebutkan diatas,
adalah satu ucapan yang keluar dan lubuk hati seorang isteri yang sudah
menempuh perjalanan hidup yang sangat panjang baik senang mahupun susah dengan
buah hatinya. Di ucapkannya kata-kata penghibur dengan penuh rasa percaya dan
sukacita, kerana dia sudah melihat cahaya terang sudah mulai menghalau
kegelapan.

Kemuliaan jiwa Khadijah itu, membuatkan Rasulullah tidak dapat melupakan
isterinya itu, sehingga ketika Khadijah sakit, Rasulullah SAW tidak pernah
meninggalnya. Sewaktu KhadijaI sudah meninggal dunia, Rasulullah selalu
mengingat dan mengenang isteri tercintanya yang berani dan tabah dalam
menghadapi suka duka kehidupan. Rasulullah juga tidak dapat melupakan kasih
mesra yang diberikan Khadijah, sehingga ía menghembus nafasnya yang terakhir.

#6 - REDHA TERHADAP QADHA DAN QADAR ALLAH
================================
RELA terhadap ketentuan, kehendak dan kekuasaan Allah adalah wajib hukumnya dan
merupakan tanda adanya iman di hati seseorang. Dalam sebuah hadis qudsi
dijelaskan bahawa Allah berfirman:
“Barangsiapa yang tidak meredhai qadha-Ku dan tidakbersabar atas bencana yang
Aku timpakan atasnya, maka carilah Tuhan yang lain selain dan pada-Ku.
(HR. Thabrani).

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
“Apakah man usia itu men gira bahawa mereka dibiarkan sahaja mengatakan: “Kami
telah beriman,” sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (dalam
keimanannya).”
(Al-Ankabut: 2-3)

Dengan berdasarkan ayat di atas maka Rasulullah SAW bersabda:
“Bahawasanya Allah akan mencuba salah seorang kamu dengan sesuatu bencana
(bala), sebagaimana seseorang kamu mencuba (menguji) emas dengan api. Maka
diantara merkea ada yang keluar seperti emas as ii, iaitu mereka yang
dilindungi dan dipim pin oleh Allah dan perkara syubhat, dan ada diantara
mereka yang keluar sebagai emas hitam (palsu), iaitu bagi mereka yang mendapat
fitnah,”
(HR. Thabrani).

#7 - NIAT YANG IKIILAS
================================
RASULULLAR SAW bersabda:

“Sesungguhnya nilai perbuatan itu bergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya
bagi setiap orang, buah atau ganjaran sesuai bagairnana niatnya. Barang siapa
hijrahnya kerana men uruti perintah Allah dan Rasul-Nuya nescaya hijrahnya
diterima oleh Allah dan Rasul-Nya (dan diberi pahala), dan barang siapa
hijrahnya kerana keuntungan dunia yang dikejarnya atau kerana perempuan yang
akan dikahwininya, maka hijrahnya sampai kepada yang diniatnya itu.”
(HR. Bukhari Muslim)

“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejahatan, kernudian menjelaskan
keduanya. Maka siapa yang berniat untuk berbuat kebaikan, kemudian tidak
dikerjakannya, Allah mencatat untuknya satu kebaikan (pahala), dan jika kern
udian dikerjakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan (pahala), dan mungkin
ditambah hingga tujuh puluh kali lipat atau lebih dan itu. Dan apabila
seseorang berniat akan berbuat kejahatan, kemudian tidak dikerjakannya, mak.a
Allah mencatat baginya satu kebaikan (pahala). Dan jika fiat jahat itu
dilaksanakan, maka dituliskan baginya satu kejahatan.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

[...] Selengkapnya...